Senin, 14 Januari 2013

[ISD] Bab 9 : Agama dan Masyarakat




Agama adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk beragama, penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam masyarakat bisa berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu, bahwa semua agama merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia yang paling dalam yang mengatasi semua manusia dan seluruh manusia ini secara fithriah mempunyai potensi untuk percaya kepada Yang Maha Esa dan karena agama yang mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan merupakan bagain yang tak terpisahkan dan kehidupan umat manusia.

Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia.

Menurut DR. Nico Syukur Dister ditinjau dari segi psikologi agama ada 4 macam motivasi kelakuan bergama :
1. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi.
2. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
3. Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelak yang ingin tahu.
4. Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan.

Tinjauan ini bersifat fungsional, sedangkan dibalik itu masih ada motif lain yang lebih dalam yang tidak bisa lepas dari sifat dan kodrat manusia itu sendiri.

Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Akan tetapi terkadang muncul sekumpulan masyarakat dengan agama sesat yang meresahkan masyarakat sekitarnya. Seperti contoh; Sekelompok orang di Swedia mengakui simbol copy-paste sebagai sesuatu yang suci. Mereka pun ingin kepercayaannya disahkan sebagai ajaran agama. Kopimisme didirikan oleh Isaac Gerson, seorang mahasiswa filsafat. Ajaran mereka menyebutkan bahwa menyalin dan berbagi informasi dalah hal paling indah di dunia. Pengajuan Kopimisme sebagai agama resmi di Swedia telah dilakukan sejak 2010. Namun hingga kini belum dikabulkan karena komunitas Kopimisme dianggap hanya berkumpul dan tidak melakukan persembahan. Adanya kepercayaan yang lebih dianggap dengan lelucon ini tetap meresahkan masyarakat sekitar karena perbedaan pendapat antar kelompok masyarakat.

Di Indonesia sendiri konflik agama baik yang bersifat murni maupun yang ditumpangi oleh aspek budaya, politik, ideologi dan kepentingan golongan banyak mewarnai perjalanan sejarah Indonesia. Bahkan di era reformasi dan paska reformasi, agama telah menunjukkan peran dan fungsinya yang nyata. Baik kekuatan yang konstuktif maupun kekuatan yang destruktif. Sesudah gerakan reformasi, suatu keyakinan ketuhanan atau keagamaan banyak dituduh telah menyebabkan konflik kekerasan dinegeri ini. Selama 4 tahun belakangan, ribuan anak bangsa mati tanpa tahu untuk apa. Ribuan manusia terusir dari kampung halamannya, tempat mereka dilahirkan. Ribuan anak-anak lainnya pun menjadi piatu, kehilangan sanak keluarganya dan orang-orang yang dikasih

Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar